Irvi awalnya mengira bahwa layoff atau PHK yang dialaminya sebagai momen untuk beristirahat sejenak. Wanita berusia 34 tahun itu menyebut PHK yang dialaminya merupakan yang pertama selama berkarier selama 16 tahun.
Single mother satu anak itu merupakan financial planner yang di-PHK dari sebuah e-commerce pada Maret 2024 lalu. Kala itu, kata dia, dirinya sempat merasa senang lantaran mendapat pesangon dan dapat menikmati hasil dari apa yang dia upayakan selama ini.
Meski begitu, ia tetap mencoba melamar di perusahaan lain supaya tetap dapat pemasukan. Di awal-awal, kata dia, memang ada panggilan interview segala macam. Namun, sejak akhir Juli hingga sekarang tak ada panggilan interview sama sekali.
"Nah, di bulan kelima [Agustus] itu benar-benar enggak ada panggilan sama sekali walaupun cuma initial interview pun enggak ada," tutur Irvi saat berbincang dengan kumparan di acara Move On Game On di AIA Tower, Sudirman, Jakarta, Kamis (19/9).
Irvi lalu mulai mempertanyakan dirinya sendiri. Ia menilai telah bekerja dengan baik, begitu juga dengan CV-nya. Tetapi, kenyataannya ia tidak kunjung dapat tawaran pekerjaan. Menurut analisis Irvi, kondisi ekonomi saat ini belum stabil sehingga banyak perusahaan tidak berani membayar pelamar dengan gaji yang tinggi.
Kondisi itu sempat membuat Irvi depresi hingga memutuskan untuk meditasi dengan seoarang coach . Setelah seminggu bermeditasi, ia mulai dapat kembali bangkit.
Selama belum dapat pekerjaan, ia mengandalkan pesangon dan juga tabungan darurat. Latar belakangnya sebagai praktisi finansial pun masih menolong kondisi keuangannya.
“Aku memang sudah pos-posin tabungan sih. Tabungan buat anak, tabungan buat emergency fund, tabungan buat pensiun gitu,” imbuhnya.
Selain mengandalkan uang tabungan, ia juga mencairkan BPJS dan menjual kue buatannya via media sosial. Selain itu, dia juga meninjau ulang pengeluaran-pengeluarannya. Misalnya saat masih bekerja, bisa setiap hari pergi, tetapi kali ini dibatasi maksimal tiga kali pergi dalam seminggu.
Sebagai seorang perencana keuangan, menurutnya penting bagi setiap orang untuk menabung dan mencatat keadaan keuangan agar lebih siap menghadapi keadaan tidak terduga seperti saat ini.
“Jadi, pertama, catat your expenses. Ketika sudah mencatat, sudah tahu borosnya di mana, di situ kita sudah mulai tentukan mana yang bisa dikurang-kurangi dan tools-nya adalah 10 persen from income itu ditabung,” sarannya.
Irvi ...