Rumah Subsidi Sepi Penghuni, Ekonomi Masyarakat Sulit?

2 hours ago 2
situs winjudi online winjudi winjudi slot online winjudi online Daftar slot gacor Daftar situs slot gacor Daftar link slot gacor Daftar demo slot gacor Daftar rtp slot gacor Daftar slot gacor online terbaru Daftar situs slot gacor online terbaru Daftar link slot gacor online terbaru Daftar demo slot gacor online terbaru Daftar rtp slot gacor online terbaru slot gacor situs slot gacor link slot gacor demo slot gacor rtp slot gacor informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online hari ini berita online hari ini kabar online hari ini liputan online hari ini kutipan online hari ini informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat situs winjudi online
Foto udara sebuah kompleks perumahan yang sedang dibangun di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (3/4/2023). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO

sosmed-whatsapp-green

kumparan Hadir di WhatsApp Channel

Rumah subsidi di beberapa wilayah masih banyak yang kosong alias tidak dihuni. Misalnya, Perumahan Citra Madani di Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Banten.

Ilalang tumbuh rimbun menutupi deretan perumahan tersebut. Semak belukar bahkan menjalar ke pekarangan, pintu, hingga mencapai atap bangunan rumah subsidi ini.

Kala kumparan menyambangi rumah murah yang berlokasi di Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak, Banten ini pada Jumat (20/9), suasana sepi terasa sedari gerbang masuk perumahan.

Jalanannya masih tanah berbatu tak merata. Dinding-dinding rumah retak di sana-sini. Sebagian tampak sepi tak ada penghuni.

Rumah ini dikembangkan PT Mahameru Mega Kontruksi. Terdiri dari 33 unit rumah dengan dua tipe, tipe 36/100 dibanderol dengan harga Rp 166 juta per unit, dan tipe 38/100 dengan harga Rp 235 juta per unit.

Kendati kondisi perumahan seperti itu, masih ada pemilik yang memilih bertahan. Padahal, perumahan tersebut masih banyak kekurangan salah satunya akses transportasi. Meski demikian, fasilitas seperti listrik dan air sudah terpenuhi dengan baik. Untuk air, perumahan ini sudah menggunakan PDAM, sedangkan listrik sudah terhubung dengan PLN.

Sudah lima bulan ini Syahrul (30) mengeluh sulitnya menjual rumah miliknya yang berlokasi di Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten.

Ia sudah berusaha ke sana kemari untuk menawarkan rumah subsidi pemerintah yang ia beli enam tahun lalu itu. Namun usaha menjual rumah tipe 22/60 itu tak kunjung membuahkan hasil.

"Saya buka harga Rp 300 juta. Sudah banyak yang nanya dan survei, tapi belum ada yang deal," kata Syahrul kepada kumparan, Sabtu (22/9).

Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Economic and law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan, tren penjualan rumah saat ini sedang mengalami perlambatan.

Kondisi perumahan Vila Kencana Cikarang, salah satu program rumah murah untuk masyarakat, Jawa Barat, Rabu (8/5). Foto: Dok. kumparan

Meskipun sudah ada insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian rumah. Namun, PPN DTP tersebut belum memberikan dampak terhadap penjualan rumah.

"Karena si developer itu meskipun sudah ada potongan PPN tapi dia menyesuaikan harganya. Jadi soalnya memang ada potongan tapi harga akhirnya itu sebenarnya hampir tidak ada perubahan. Jadi yang menikmati untung lebih banyak lebih developer perumahannya itu," kata Bhima.

Kemudian, daya beli kelas menengah yang cenderung menurun. Hal ini dipicu oleh sisa dari pendapatan setelah dikurangi pengeluaran dan pajak pendapatan atau disposable income yang terus menurun.

"Disposable income terhadap PDB per kapitanya itu terus mengalami penurunan. Nah jadi itu artinya uang yang bisa digunakan untuk mencicil rumah lewat KPR itu semakin terbatas," ungkapnya.

Selain itu, perlambatan penjualan rumah ini juga dipicu oleh harga tanah yang melonjak. Bhima mengatakan, kenaikan harga tanah mencapai 30 sampai 40 persen per tahun. Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi dari keramik, kaca, semen, dan pasir.

"Nah, jadi yang menjadi...

Read Entire Article