
MANCHESTER City kembali menuai hasil mengecewakan setelah tumbang 1-2 di markas Brighton pada pekan ke-3 Liga Primer Inggris, Minggu (31/8). Kekalahan itu memperpanjang catatan negatif mereka menjadi dua laga beruntun tanpa kemenangan dan menandai start terburuk di liga sejak musim 2004/2005.
Padahal, City datang dengan status tim yang telah menguasai enam gelar liga dalam tujuh musim terakhir. Musim lalu dianggap sekadar anomali ketika mereka mengakhiri musim tanpa trofi untuk kedua kalinya di era Pep Guardiola.
Belanja besar sekitar 330 juta poundsterling pada bursa transfer Januari dan musim panas semestinya membuat the Citizens kembali segar dan siap merebut gelar. Namun, hasil di lapangan justru berkata lain.
Di laga kontra Brighton, City sempat memimpin lewat gol Erling Haaland. Hanya saja, Haaland membuang sejumlah peluang emas untuk menambah keunggulan sebelum James Milner menyamakan skor lewat penalti menit ke-67.
Pukulan telak datang di menit ke-89 saat Brajan Gruda mencetak gol kemenangan bagi tuan rumah. Pelatih City Pep Guardiola tidak menutupi kekecewaannya.
“Penalti itu mengubah segalanya. Kami membuang pertandingan. Kami lupa bagaimana cara bermain. Kami memutuskan bermain lebih langsung, itu tidak masalah, tapi harus siap dengan itu. Kami tidak siap memenangkan bola kedua ketika hal itu terjadi,” tegasnya.
“Ini karena kami lupa untuk terus bermain. Anda tidak pernah, tidak pernah boleh berhenti bermain,” imbuh Guardiola.
Ini menjadi kekalahan kedua beruntun City setelah sebelumnya dipermalukan Tottenham 0-2 di Etihad. Situasi ini kian mengkhawatirkan mengingat musim lalu mereka sudah kehilangan gelar liga dengan jarak 13 poin dari Liverpool, gagal menembus babak 16 besar Liga Champions, dan kalah di final Piala FA dari Crystal Palace.
Guardiola mencoba mengambil sisi positif. Jeda internasional perlu dimanfaatkan untuk mencari solusi. Manchester City berikutnya akan menghadapi laga krusial melawan Manchester United pada 14 September.
Rodri, yang baru kembali sebagai starter liga setelah hampir setahun absen akibat cedera lutut serius, juga mengkritik keras performa timnya.
“Beberapa kesalahan yang kami buat adalah kesalahan anak-anak, Anda tidak berkonsentrasi dan tidak memperhatikan,” ujarnya. “Kenyataannya adalah kami harus meningkatkan level jika ingin bersaing.”
Brighton sendiri nyaris tak memberikan ancaman berarti hingga pelatih Fabian Hurzeler membuat empat pergantian pemain sekaligus, termasuk memasukkan Milner dan Gruda yang langsung mengubah jalannya pertandingan. (AFP/I-1)