KPK menyatakan bakal membongkar isi empat unit handphone yang ditemukan di plafon rumah rumah dinas eks Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker), Immanuel Ebenezer atau Noel.
Adapun empat unit handphone tersebut ditemukan saat KPK menggeledah rumah dinas Noel yang berada di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.
"Tentunya atas BBE [barang bukti elektronik] yang diamankan akan dibuka untuk mencari petunjuk yang dibutuhkan penyidik dalam mengungkap perkara ini," ujar juru bicara KPK, Budi Prasetyo, kepada wartawan, Rabu (3/9).
Bila setelah dianalisis dan tidak ditemukan ada keterkaitan dengan perkara, lanjut Budi, maka handphone tersebut bakal dikembalikan ke Noel.
"Jika memang tidak ada atau tidak ada kaitannya dengan perkara maka penyidik akan mengembalikannya," jelas dia.
Secara terpisah, Noel mengaku bahwa empat unit handphone yang ditemukan KPK di plafon rumah dinasnya bukan miliknya. Melainkan milik pembantunya.
Hal itu disampaikan Noel usai diperiksa sebagai tersangka dalam kasus pemerasan sertifikasi K3 Kemnaker, di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (2/9).
"Itu handphone pembantu saya," kata Noel kepada wartawan.
"Bukan, bukan [punya saya]," jelas dia.
Menanggapi hal itu, Budi menyebut bahwa esensi dari barang bukti elektronik (BBE) yang disita penyidik adalah isinya.
"Jadi, dari BBE yang diamankan itu, penyidik nanti akan melihat isinya apa saja, yang kemudian bisa menjadi petunjuk dan mendukung dalam proses penanganan perkara ini," ucap Budi.
Kasus Pemerasan Sertifikasi K3 di Kemnaker
Kasus ini terungkap dalam operasi tangkap tangan (OTT) KPK pada Rabu (20/8) malam. Dalam OTT itu, KPK sempat mengamankan sebanyak 14 orang. Sebanyak 11 di antaranya, termasuk Noel, telah ditetapkan sebagai tersangka.
Dalam konferensi pers pengungkapan kasus tersebut, KPK mengungkapkan bahwa pemerasan ini terjadi pada 2019-2024.
KPK menjelaskan bahwa dalam proses penerbitan sertifikat tersebut, harganya dibuat mahal dan uangnya mengalir ke sejumlah pejabat. Nilainya tak tanggung-tanggung, yakni mencapai Rp 81 miliar.
Di balik itu, ada ASN Kemnaker yang menjadi pihak penerima uang paling banyak, yakni Rp 69 miliar. Dia diduga sebagai otak pemerasan ini. Sosok tersebut yakni Irvian Bobby Mahendro (IBM) selaku Koordinator Bidang Kelembagaan dan Personel K3 tahun 2022 sampai dengan 2025.
Uang tersebut digunakannya untuk belanja, hiburan, DP rumah, hingga setoran tunai kepada sejumlah pihak. Irvian juga diduga menggunakan uang itu untuk membeli mobil mewah.