Harga minyak mentah menetap lebih rendah pada Jumat (20/9), tetapi mencatat kenaikan minggu kedua berturut-turut, karena dukungan dari pemotongan suku bunga acuan The Fed dan penurunan pasokan minyak mentah AS.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun 0,52 persen menjadi USD 74,49 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 0,4 persen menjadi USD 71,92 per barel.
Pemangkasan suku bunga biasanya mendongkrak aktivitas ekonomi dan permintaan energi, tetapi sejumlah analis mengkhawatirkan melemahnya pasar tenaga kerja AS.
Sementara itu, sekitar 6 persen produksi minyak mentah dan 10 persen produksi gas alam di Teluk Meksiko AS terhenti setelah Badai Francine, menurut Biro Keselamatan dan Penegakan Lingkungan AS pada Kamis dalam pembaruan terakhirnya mengenai badai tersebut.
Sedangkan harga batu bara juga menguat pada penutupan perdagangan Jumat. Harga batu bara kontrak Oktober 2024 berdasarkan bursa ICE Newcastle naik 1,65 persen dan menetap di USD 139.00 per ton.
Menurut catatan situs tradingeconomics, harga batu bara Newcastle kembali naik, sebab di China harga batu bara didukung oleh berkurangnya produksi akibat hujan lebat, peningkatan inspeksi keselamatan di tambang, permintaan konsumen yang lebih tinggi menjelang hari libur nasional dari tanggal 1-7 Oktober, dan pekerjaan pemeliharaan di beberapa jalur kereta api di provinsi Shanxi yang digunakan untuk transportasi batu bara.
Sementara itu, di Rusia, investasi oleh perusahaan batu bara turun sebesar 4,4 persen pada paruh pertama tahun 2024, yang selanjutnya mengurangi produksi batu bara. Di sisi lain, meningkatnya pangsa energi terbarukan di Eropa, dengan bauran energi terbarukan Jerman meningkat menjadi 70 persen dari 61 persen pada minggu sebelumnya, terus memberikan tekanan pada harga batu bara.
Harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) naik pada penutupan perdagangan Jumat. Berdasarkan situs tradingeconomics, harga CPO naik 1,78 persen menjadi MYR 3.948 per ton.
Harga CPO naik di tengah menguatnya harga minyak pesaing di pasar Dalian dan CBoT, didorong tanda-tanda peningkatan ekspor. Surveyor kargo mencatat ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia naik 9,1 persen hingga 10,2 persen selama 15 hari pertama bulan September dari periode yang sama bulan lalu. Namun, penguatan ringgit membatasi kenaikan lebih lanjut.
Sementara itu, di India, pembeli utama minyak kelapa sawit, New Delhi mengenakan bea masuk dasar sebesar 20 persen untuk minyak kelapa sawit mentah, minyak kedelai mentah, dan minyak bunga matahari mentah mulai 14 September. Hal ini secara efektif menaikkan total bea masuk untuk ketiga minyak ini menjadi 27,5 persen dari 5,5 persen, karena ketiga minyak tersebut dikenakan Biaya Tambahan Infrastruktur Pertanian dan Kesejahteraan India.
Adapun harga nikel terpantau mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Jumat. Harga nikel berdasarkan situs tradingeconomics naik tipis 0,91 persen menjadi USD 16.482 per ton.
Harga nikel berjangka menguat kembali setelah sempat mencapai titik terendah dalam 5 minggu di tengah pasokan yang melimpah. Indonesia, yang kini memproduksi lebih dari setengah nikel dunia, telah meningkatkan produksi secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir, yang menyebabkan harga turun dan memaksa penutupan produsen di tempat lain.
Selain itu, kapasitas tambahan sebesar 928.000 ton diharapkan akan beroperasi dalam tiga tahun ke depan, terutama untuk baterai kendaraan listrik (EV). Pemerintah Indonesia mengantisipasi harga nikel akan stabil mendekati level saat ini karena pabrik-pabrik baru menyeimbangkan permintaan yang meningkat dengan pasokan yang kuat.