Buku baru Nicolas Sarkozy, A Prisoner’s Diary, mengungkap pengalaman 20 harinya di penjara La Santé dan memicu perhatian publik.(Media Sosial X)
NICOLAS Sarkozy merilis buku terbarunya berjudul A Prisoner’s Diary, yang diselesaikan kurang dari tiga minggu setelah ia dibebaskan dari penjara La Santé, Paris. Buku setebal 216 halaman ini memaparkan secara detail pengalaman mantan presiden Prancis itu selama 20 hari menjalani hukuman atas kasus konspirasi pendanaan kampanye.
Dalam buku tersebut, Sarkozy menggambarkan sel berukuran 12 meter persegi tempat ia tinggal, lengkap dengan tempat tidur, meja, kulkas, televisi, dan kamar mandi. Jendela ruangannya tertutup panel plastik besar. “Itu bersih dan cukup terang,” tulisnya. “Seseorang hampir bisa mengira berada di hotel kelas bawah, kalau saja tidak ada pintu besi dengan lubang intip penjaga.”
Sarkozy menjelaskan ia harus menghabiskan 23 jam sehari di dalam sel dan tidak diperkenankan berinteraksi dengan siapa pun selain petugas. Ia menolak opsi jalan pagi di halaman penjara karena menurutnya area itu “lebih mirip kandang daripada tempat berjalan-jalan”. Sebagai gantinya, ia berolahraga di ruang kecil berisi treadmill yang disebutnya sebagai “oasis”.
Ia juga menuliskan berbagai pengalaman lain. Ia menceritakan tahanan tetangga yang menyanyikan lagu The Lion King dan mengetuk-ngetuk sendok sepanjang malam, hingga keramahan staf penjara yang selalu memanggilnya dengan sebutan “Président”. Ia menempelkan kartu pos dari para pendukung di dinding sel, yang disebutnya sebagai “bukti ikatan pribadi yang kuat”.
Namun bagian yang paling menyita perhatian adalah refleksi Sarkozy tentang nasib, keadilan, dan politik. Ia kembali menegaskan penolakannya terhadap dakwaan konspirasi kriminal, serta mengklaim menjadi korban “kabal bermotif politik”. Ia bahkan membandingkan dirinya dengan Alfred Dreyfus. “Bagi pengamat yang tahu sejarahnya, kemiripannya mencolok… Dreyfus dipenjara di La Santé, tempat yang kini aku kenal dengan baik.”
Sarkozy juga menyinggung pengalamannya dicopot dari Légion d’Honneur. Tidak ketinggalan, ia mengkritik Presiden Emmanuel Macron karena tidak meneleponnya secara langsung. “Tidak melakukannya menunjukkan motif yang setidaknya tidak tulus,” tulisnya.
Bagian lain yang paling disorot publik adalah pernyataannya tentang Marine Le Pen. Ia memuji pernyataan Le Pen setelah vonis dijatuhkan dan mengaku telah berbicara baik dengannya. Sarkozy bahkan berjanji tidak akan ikut serta dalam “Front Republik” yang selama ini dibentuk untuk mencegah kemenangan partai Le Pen. Ia menulis mengasingkan pemilih Le Pen adalah “kesalahan”.
Bagi kalangan politik Prancis, dukungan semacam itu dinilai sangat signifikan dan dapat berdampak pada konstelasi politik negara tersebut. (BBC/Z-2)

18 hours ago
10
























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4405197/original/056158700_1682328203-20230424-Suhu-Panas-Indonesia-Angga-8.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381012/original/078212300_1760444221-AP25287402642928.jpg)

:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5012329/original/034275400_1732024501-20241119AA_Indonesia_Vs_Arab_Saudi-1.JPG)










:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4595131/original/089153000_1696226192-trac-vu-Yut0WQE3jzs-unsplash.jpg)
English (US) ·