PENGEMUDI ojek online Affan Kurniawan tewas dilindas kendaraan taktis Korps Brigade Mobil (Brimob) Kepolisian RI dalam unjuk rasa di Jakarta, Kamis, 28 Agustus 2025. Atas peristiwa tersebut, banyak masyarakat mengecam tindakan polisi yang membunuh Affan di media sosial dengan menyerukan ACAB serta menaikkan tagar PolisiPembunuhRakyat di X.
Saat bertemu dengan keluarga Affan Kurniawan di RSCM, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyampaikan permohonan maaf atas peristiwa itu.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
"Tentunya, saya minta maaf kepada seluruh keluarga besar ojol dan masyarakat atas musibah serta peristiwa yang terjadi," katanya kepada wartawan.
Gerbang tol Pejompongan terbakar di dekat gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, 29 Agustus 2025. Titik api terlihat di gerbang tol Pejompongan sekitar pukul 21.10 WIB ketika demonstran berunjuk rasa di depan kompleks DPR. Tempo/M. Taufan Rengganis
Pengertian ACAB
ACAB merupakan akronim dalam bahasa Inggris yang merujuk pada kalimat “all cops are bastards”. Kalimat tersebut memiliki arti “semua polisi adalah bajingan” apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Tren penggunaan ACAB di media sosial saat ini juga bersamaan dengan munculnya penggunaan angka 1312 untuk mengutuk aksi kekerasan polisi. Rangkaian angka 1312 merupakan bentuk numerik dari akronim ACAB. Maksudnya, angka 1 melambangkan huruf A, angka 2 untuk huruf B, dan angka 3 melambangkan huruf C.
ACAB dan angka 1312 sering ditemui saat demonstrasi atau perlawanan. Biasanya, ungkapan tersebut disampaikan untuk mengungkapkan rasa kecewa dan marah atas tindakan aparat kepolisian yang semena-mena di negara Barat.
Sejarah ACAB
Menurut laman GQ, tidak diketahui pasti awal mula penggunaan kode 1312 dan ACAB dalam aksi-aksi demonstrasi hingga saat ini. Namun sejumlah sumber yakin istilah tersebut bermula dari negara Inggris saat aksi mogok buruh besar-besaran pada 1940-an. ACAB saat itu merujuk pada pekerjaan tambang pada masa itu yang dinilai sangat mengeksploitasi para buruh.
Selain itu, GQ menyebutkan terdapat beberapa cuplikan video pada 1958 yang menunjukkan sejumlah pemuda dan pekerja menggunakan istilah tersebut dalam demonstrasinya. Puncak popularitas ungkapan ACAB diperkirakan terjadi pada 1970-an saat koran Daily Mirror menggunakan istilah tersebut sebagai tajuk utamanya. Koran itu memberitakan penangkapan salah seorang pemuda oleh aparat kepolisian setelah menyulam istilah tersebut di jaketnya.
Pasukan TNI berjaga di depan Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 30 Agustus 2025. Tempo/Amston Probel
ACAB di Dunia Modern
Ungkapan ACAB makin dipopulerkan dan identik dengan subkultur punk, yakni gerakan pemuda yang dikenal kerap menantang sistem pemerintah otoritarian serta struktur masyarakat yang mapan melalui musik dan cara berpakaian yang eksentrik.
Subkultur tersebut juga mempopulerkan ACAB melalui seni grafiti di sejumlah jalanan, dari New York hingga Indonesia. Walhasil, saat ini frasa ACAB makin akrab digunakan oleh para generasi muda untuk mengekspresikan kekesalan kepada polisi dan pemerintahan ataupun aksi-aksi yang melibatkan kekerasan serta penindasan.