Teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) berkembang sangat pesat. Boleh jadi saat ini kita sudah terbiasa dengan Generative AI seperti ChatGPT atau Meta AI untuk membuat teks dan gambar, namun masa depan teknologi ini diprediksi akan jauh lebih canggih dan otonom.
Country Director Meta Indonesia, Peter Lydian, memaparkan pandangannya mengenai tren teknologi sosial dan AI yang akan membentuk lanskap digital pada tahun 2026. Menurutnya, AI bukan hanya sekadar alat bantu, melainkan akselerator untuk membangun koneksi antarmanusia yang berujung pada peluang bisnis.
"Pada intinya, misi Meta adalah human connection. Karena kita percaya koneksi sosial ini penting. Nah, kalau orang terkoneksi, naturalnya pasti jadi bisnis. Apa yang kita lihat terakhir-terakhir ini, semua itu akan terakselerasi dengan cepat oleh AI," ujar Peter dalam paparannya.
Salah satu tren besar yang disorot Peter adalah pergeseran dari Generative AI menuju Agentic AI. Jika Generative AI bekerja saat kita memberikan perintah (input teks/gambar), Agentic AI memiliki kemampuan untuk diberikan tugas jangka panjang dan bekerja secara mandiri.
"Agentic AI itu kita bisa kasih tugas, misalkan 'pantau berita A, B, C, kalau ada kabari kita'. Jadi dia akan mengawasi terus. Kalau sekarang kan kita instruksi, panggil, instruksi, panggil. Agentic AI bisa diminta pantau," jelas Peter.
Agentic AI diprediksi akan diadopsi dengan cepat karena mampu mengotomatisasi proses yang sebelumnya membutuhkan interaksi manual berulang kali.
Tren selanjutnya adalah spesialisasi atau industrialisasi AI. Peter menganalogikan hal ini seperti seseorang yang menjadi ahli karena melakukan hal yang sama berulang kali. AI akan mulai dibangun secara spesifik untuk industri tertentu, misalnya khusus perbankan atau layanan pelanggan (customer service).
Peter memberikan contoh kasus customer service konvensional yang seringkali menjengkelkan karena konsumen harus mengulang cerita setiap kali telepon terputus atau berganti agen.
"Kenapa mesti cerita ulang? Kalau ini AI, putus, nyambung lagi, langsung lanjut dari situ. The more it's industrialized, is going to move even faster," tambahnya.
Jelang 2026, perilaku belanja konsumen juga diprediksi akan berubah dari pengalaman statis di e-commerce menjadi percakapan interaktif atau Business Messaging. Konsumen di Indonesia, khususnya, lebih suka bertanya atau chatting sebelum membeli barang.
"Orang ingin chat. 'Bisa enggak kirim hari ini? AC 1 PK cocok untuk ruangan sebesar apa?'. So, Business Messaging is something big, terutama di Indonesia," kata Peter.

1 day ago
5























:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381012/original/078212300_1760444221-AP25287402642928.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4405197/original/056158700_1682328203-20230424-Suhu-Panas-Indonesia-Angga-8.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5012329/original/034275400_1732024501-20241119AA_Indonesia_Vs_Arab_Saudi-1.JPG)










:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4595131/original/089153000_1696226192-trac-vu-Yut0WQE3jzs-unsplash.jpg)
English (US) ·