KETUA Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Mukhamad Misbakhun membantah tudingan bahwa dirinya hendak mengikuti lomba lari Sydney Marathon di tengah meluasnya demonstrasi di Indonesia. Misbakhun mengatakan dia dan anggota Komisi XI sebatas melakukan kunjungan kerja di Australia pada 27-29 Agustus 2025.
Pilihan Editor: Apakah Gelombang Demonstrasi 2025 Akan Meluas seperti 1998
"Saya tidak ikut Sydney Marathon," katanya saat dihubungi pada Sabtu, 30 Agustus 2025.
Lawatan selama tiga hari itu, kata dia, terpusat ke Sydney dan Canberra. Misbakhun mengklaim perjalanan komisi keuangan itu sudah direncanakan jauh sebelum unjuk rasa berlangsung. Kunjungan mereka disebut untuk mengejar target revisi Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (RUU P2SK).
Lawatan DPR ke Australia itu menuai kritik di media sosial. Salah seorang pengguna X dengan nama akun @ar***n mengunggah jadwal perjalanan para anggota Dewan. Dalam gambar yang beredar, perjalanan anggota Komisi XI dijadwalkan berlangsung dari 26 Agustus hingga 1 September 2025.
Pada hari keenam atau 31 Agustus mendatang, anggota Dewan dijadwalkan menikmati suasana Sydney Marathon dan selebrasinya. Kendati dibantah, nama politikus Golkar itu terdaftar di situs Multisportaustralia.com sebagai peserta Sydney Marathon 2025.
Dalam laman yang bisa diakses secara bebas itu, nama Mukhamad Misbakhun tercantum dengan nomor lari #12132 dan bendera negara Indonesia. Ajang lari bergengsi di dunia itu dijadwalkan berlangsung pada hari terakhir bulan ini.
Ihwal nama dia yang terdaftar dalam kepesertaan Sydney Marathon, Misbakhun menyatakan mekanisme pendaftaran maraton dalam kategori World Major Marathon itu harus setahun sebelumnya.
Sebagai penggemar lari, ia mengaku sering ikut daftar maraton, tapi jarang berpartisipasi dalam perlombaan. "Saya memastikan bahwa saya lari pada 31 Agustus itu larinya di kawasan Gelora Bung Karno. Semoga GBK masih bisa dipakai untuk olahraga," katanya.
Sebelumnya, mahasiswa Indonesia di Sydney memergoki anggota Komisi XI DPR yang sedang melakukan kunjungan kerja dan pelesiran ke Australia di tengah demonstrasi besar-besaran memprotes tunjangan Dewan.
Kandidat doktor politik ekonomi University of Sydney, Mahesti Hasanah, mengatakan, dari cerita yang didapatnya, mahasiswa itu sempat berinisiatif mendatangi para anggota DPR tersebut. "Mereka menghindari mahasiswa dan langsung pergi," katanya saat dihubungi Tempo, Sabtu.
Di sela kunjungan kerja itu, dikabarkan anggota DPR akan berwisata ke Scenic World & Echo Point. Ini adalah taman hiburan yang menyuguhkan wisata dan kereta gantung untuk melihat pemandangan alam serta tempat wisata Blue Mountain.
Mahesti mengatakan rombongan anggota Dewan itu akhirnya batal mengunjungi tempat wisata Blue Mountain. Menurut dia, rombongan anggota Dewan batal mengunjungi tempat wisata itu setelah rencana perjalanan mereka bocor ke publik.
Mahesti juga mendengar para anggota DPR itu telah memesan tempat untuk makan malam di salah satu restoran mahal di Sydney. Mahasiswa Indonesia juga melihat anggota Dewan menggunakan mobil limosin dan menginap di Hotel Four Season Sydney.
Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol Universitas Gadjah Mada Yogyakarta itu juga menyatakan perlu ada evaluasi substansi kunjungan anggota DPR ke Sydney. Pilihan Sydney, kata dia, apakah benar-benar berhubungan dengan kepentingan publik atau ada agenda pribadi, misalnya mengikuti Sydney Marathon. "Kunker ke luar negeri tidak etis, tidak prioritas, dan tidak berempati kepada kondisi masyarakat saat ini," kata Mahesti.
Ilona Esterina dan Shinta Maharani berkontribusi dalam tulisan ini.