Jakarta -
Sebagai salah satu upaya penguraian kemacetan di kawasan wìsata Puncak, Cable Car bisa jadi pilihan. Pertanyannya, kapan akan dibangun?
Selain rekayasa lalu lintas hingga tools carrying capacity. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga tengah mengusahakan penerapan cable car sebagai salah satu solusi kemacetan parah di kawasan Puncak.
Dalam kegiatan The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar di Kantor Kemenparekraf, Direktur Pengembangan Destinasi 1 Kemenparekraf, Sri Utari mengatakan pihaknya akan mulai menindaklanjuti penggunaan cable car di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk solusi lain cable car di daerah Puncak ini kamu sudah jajaki juga, insyaAllah minggu depan kami akan berkoordinasi dengan mitra terkait dan juga para stakeholder," kata Utari di Gedung Sapta Pesona Kemenparekraf Jakarta, Selasa (17/9/2024).
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno menambahkan, cable car di area Puncak ini akan memiliki panjang sekitar 3 kilometer. Investor dalam proyek ini adalah investor Indonesia yang akan bekerja sama dengan pihak lainnya.
"Tahap pertama ini adalah yang kemarin jadi sumber kemacetan yang Agrowisata Gunung Mas, jadi itu dia akan menghubungkan kurang lebih 3 kilometer rutenya ke titik-titik yang menjadi favorit dari kunjungan wisatawan," katanya.
"Dan tahap kedua nanti mungkin diperpanjang ke bawah, ke wilayah Tapos dan juga ke wilayah Cianjur, sesuai dengan rencana pengambangan," Sandi menambahkan.
Soal izin proyek, Sandiaga menyebut pihaknya sudah memberikan izin, tinggal menunggu izin dari level pemerintah daerah. Nilai investasi yang dikeluarkan dalam proyek ini katanya sekitar Rp 270 miliar.
Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf, Fadjar Hutomo menjelaskan, upaya-upaya ini penting untuk diaplikasikan kepada destinasi di Indonesia. Perlu manajemen krisis untuk bisa menanggulangi setiap permasalahan yang ada dengan penyelesaian yang baik.
"Satu hal yang sangat kritikal dan urgent untuk diaplikasikan di destinasi-destinasi kita terkait dengan destination management organization (DMO). Sebagai staf ahli menteri bidang manajemen krisis, di mana ada tiga hal yang perlu kita perhatikan dan lakukan dalam manajemen krisis kepariwisataan," ujar Fadjar.
Ketiga hal itu di antaranya, mitigasi untuk pencegahan dan data dalam hal ini sangat penting baginya. Kemudian, ketika krisis itu terjadi terdapat SOP yang harus dilakukan, dan terakhir pasca kejadian perlu adanya feedback agar hal serupa tidak terulang kembali.
Selama nyaris 40 tahun, kemacetan di Puncak ditangani secara tentatif, dengan rekayasa lalu lintas berupa sistem satu arah atau one way yang kali pertama diterapkan pada tahun 1986. Selain itu, kepolisian menerapkan sistem ganjil genap kendaraan setiap menjelang dan selama libur panjang.
(wsw/fem)